Pages

Featured 1

Curabitur et lectus vitae purus tincidunt laoreet sit amet ac ipsum. Proin tincidunt mattis nisi a scelerisque. Aliquam placerat dapibus eros non ullamcorper. Integer interdum ullamcorper venenatis. Pellentesque habitant morbi tristique senectus et netus et malesuada fames ac turpis egestas.

Featured 2

Curabitur et lectus vitae purus tincidunt laoreet sit amet ac ipsum. Proin tincidunt mattis nisi a scelerisque. Aliquam placerat dapibus eros non ullamcorper. Integer interdum ullamcorper venenatis. Pellentesque habitant morbi tristique senectus et netus et malesuada fames ac turpis egestas.

Featured 3

Curabitur et lectus vitae purus tincidunt laoreet sit amet ac ipsum. Proin tincidunt mattis nisi a scelerisque. Aliquam placerat dapibus eros non ullamcorper. Integer interdum ullamcorper venenatis. Pellentesque habitant morbi tristique senectus et netus et malesuada fames ac turpis egestas.

Featured 4

Curabitur et lectus vitae purus tincidunt laoreet sit amet ac ipsum. Proin tincidunt mattis nisi a scelerisque. Aliquam placerat dapibus eros non ullamcorper. Integer interdum ullamcorper venenatis. Pellentesque habitant morbi tristique senectus et netus et malesuada fames ac turpis egestas.

Featured 5

Curabitur et lectus vitae purus tincidunt laoreet sit amet ac ipsum. Proin tincidunt mattis nisi a scelerisque. Aliquam placerat dapibus eros non ullamcorper. Integer interdum ullamcorper venenatis. Pellentesque habitant morbi tristique senectus et netus et malesuada fames ac turpis egestas.

24.3.10

Memperbaiki Printer Sendiri Yang Rusak

Kerusakan klasik untuk printer merek Canon adalah mati-total atau matot, lampu printer berkedip dengan warna hijau-oranye bergantian, saat ngeprint ngadat dan mengeluarkan pesan “Waste ink tank full”.Tipe kerusakan tersebut kebanyakan sama, dan penyebabnya karena penampung buangan tinta “berbentuk gabus” telah jenuh “waste ink tank full”. Untuk tipe printer canon memang penampung buangan tinta hanya terdiri dari gabus yang diletakan biasanya di dasar komputer.
Dengan teknologi flow system atau istilah kerenya printer di infus, membuat mudahnya dalam pengisian tinta. tanpa takut lagi kehabisan tinta saat mencetak. Kadang kala tinta tidak mengalir, atau tinta mengalir namun print head tidak mengeluarkan tinta. Solusi untuk ini biasanya dengan melakukan cleaning head lewat mintenance. Sebenarnya dengan melakukan cleaning print head kita telah menyedot tinta dan jika berlebih akan di buang di penampung.
Jika kerusakan telah terjadi, langkah yang harus kita ambil adalah mereset printer (istilahnya). Tujuan mereset printer adalah menghapus informasi tentang kondisi yang ada di printer, termasuk “waste ink tnk full”. Mereset printer ada dua metode: secara manual dan secara program. Untuk printer canon i255 memerlukan kedua-duanya (manual dan software)
Cara manual untuk i255
  • Cabut semua kabel
  • sambil menancapkan kabel power tekan tombol power (jangan dilepas)
  • tekan tombol resuem kemudian lepas (tombol power masih ditekan)
  • Tekan sekali lagi tombol resume kemudian lepas
  • Lepas tombol power
Langkah tersebut adalah mereset printer secara temporary (bila listrik di cabut masalah timbul lagi). untuk menyelesaikan sampai tuntas perlu di reset permanent dengan software, bisa di download gratis di atau mau ngopi ke saya juga boleh.
Begitu juga untuk seri atau merek yang lainya juga prinsipnya sama, yang berbeda mungkin hanya langkah dan softwarenya saja.
Namun semua itu belum menyelesaikan masalah secara total, selama gabus penampung buangan tinta masih jenuh
Jadi belajarlah membongkar printer sendiri, kemudian mengambil gabus, membersihkanya dan mengeringkanya. Atau kalau kretaif buatlah saluran tersendiri yang berfungsi membuang tinta buangan ke luar printer……

sumber : http://maztikno.wordpress.com

Cara Mereset Manual Printer Canon IP 1980

Printer adalah elektronok yana memang terkada ng sulit untuk di tebaknya dan harus di riset software di dalam print juga harus mengganti cartridge yang memang mahal harganya, adapun cara untuk mereset print agar bisa di pakai lagi adalah :


1. Matikan printer, cabut kabelnya dari stop kontak.
2. Tunggu sekira lima detik
3. Dengan kabel dalam keadaan tidak terpasang (tidak tercolok ke listrik) dan kabel USB tidak tersambung ke komputer/laptop , tekan dan tahan tombol power sekira tiga detik dengan jari tengah
4. Tetap tahan jari tengah anda di tombol power, tangan yang satunya mencolokkan kabel printer ke stop kontak. Lampu power akan menyala warna hijau (tidak kedap-kedip)
tekan power dengan jari tengah,tahan
tekan power dengan jari tengah,tahan
5. Tetap tahan jari tengah anda. Jari telunjuk menekan tombol resume dua kali (lampu akan berganti dari hijau-orange-hijau)
jari tengah menahan power, jari telunjuk menekan resume dua kali
6. Setelah itu, lepaskan kedua jari anda, tunggu printer hingga ready (ditunjukkan dengan lampu hijau menyala tidak putus-putus)
setelah menekan resume dua kali, lampu hijau akan menyala tidak putus-putus
setelah menekan resume dua kali, lampu hijau akan menyala tidak putus-putus
7. Jika tadinya anda sudah meng-install software printer tersebut, ­anda harus menghapusnya (uninstall)
8. Hubungkan printer ke computer
9. Komputer akan men­-detect printer anda sebagai printer baru
10. Maka install kembali software printer anda. Ini bertujuan untuk ‘menipu’ komputer anda agar tidak ‘mengingat’ bahwa tinta anda adalah tinta refill atau sudah mau habis. Sebagai bukti bahwa anda berhasil ‘menipu’ komputer anda, maka klik [Start]-[Settings]-[Printers and Faxes] dan anda akan melihat tampilan ‘Copy iP 1900 series (copy 1)’. Ini tandanya bahwa anda berhasil menginstall software anda.
img_1238
11. Gunakan printer seperti biasa
12. Apabila anda hendak mematikan printer, langsung saja cabut kabel powernya. Tidak usah tekan tombol apapun pada printer
13. Begitu seterusnya. Apabila anda ingin menggunakannya kembali, gunakan cara yang sama: cabut kabel-tahan power-colokkan kabel-tekan resume dua kali-gunakan.
Dengan cara seperti ini, printer tidak akan mempedulikan tinta anda, apakah asli-palsu, penuh-kosong, refill-bukan. Printer akan menge-print sesuai keinginan anda. Memang pada tampilan layar anda akan muncul tanda seru (layaknya tinta mau habis), tapi hal ini tidak usah dihiraukan.
tampilan-di-monitor-tinta-terkesan-mau-habis-tetapi-hal-ini-tidak-berpengaruh
Sudah tiga bulan saya menggunakan cara seperti ini, dan sampai sekarang tidak ada masalah apa-apa, kecuali orang lain yang mungkin agak heran melihat cara saya menyalakan printer tersebut. Saya juga pernah mengaplikasikan cara tersebut pada printer saya yang lama (Canon S400SP), dan lampu indikator menyala hijau tidak kedip-kedip menunjukkan printer dalam keadaan siap untuk dipakai. Namun karena kerusakan printer saya tersebut sudah terlalu parah (cartridge bocor dan menggenangi dasar printer), saya tidak pernah memakainya untuk menge-print. Mungkin cara ini bisa dicobakan ke printer-printer lain selain Canon IP 1980, namun maaf risiko anda tanggung sendiri.
Satu hal lagi, jika setelah melakukan hal tersebut ternyata anda diberi kemampuan untuk membeli cartridge baru (asli tentunya), maka cara ‘aneh ala saya’ tersebut dapat ditinggalkan. Caranya: uninstall software anda,nyalakan printer seperti biasa (sewajarnya, dengan hanya sekali menekan tombol power), pasang cartridge baru tersebut, dan install kembali softwarenya. Printer akan kembali normal.

sumber : http://sectiocadaveris.wordpress.com

14.3.10

Islam Liberal

Islam Liberal terpental dari Muhammadiyah dalam Muktamar ke-45 di Malang. Apa sikap Din Syamsuddin pasca Muktamar? Baca Catatan Akhir Pekan (CAP) Adian Husaini ke-108
Kaum Islam Liberal di tubuh Muhammadiyah menjerit, karena misi mereka gagal. Semula, mereka berharap, Muktamar Muhammadiyah ke-45 di Malang akan menjadi momentum penting untuk semakin leluasa menjadikan Muhammadiyah sebagai kuda tunggangan penyebaran ide-ide liberal ke umat Islam Indonesia.
Sukidi Mulyadi, aktivis Islam Liberal di Muhammadiyah yang juga mahasiswa Teologi di Harvard University, menulis di majalah TEMPO edisi 17 Juli 2005, bahwa “Terpentalnya sayap pemikir muslim liberal seperti Munir Mulkhan dan Amin Abdullah dari formatur 13 juga dapat dibaca sebagai kemenangan anti-liberalisme dalam muktamar.”
Di akhir tulisannya Sukidi berharap, sebagai nakhoda baru di Muhammadiyah, Din Syamsuddin tidak akan melakukan represi terhadap paham liberalisasi Islam, yang dia katakan makin bersinar terang di bawah kepemimpinan Syafii Ma’arif.
Ia berharap, Din Syamsuddin akan bersikap bijaksana dalam mengelola sayap liberal dan anti-liberal di tubuh Muhammadiyah.”Kedua sayap itu justru menandakan terjadinya dinamika pluralisme internal dalam tubuh Muhammadiyah. Jika Din sukses mengelola pluralisme internal ini, Muhammadiyah akan menjadi kekuatan luar biasa sebagai “laboratorium pemikiran” yang mencerahkan umat dan bangsa,” begitu tulis Sukidi, aktivis penyebar paham Pluralisme Agama di Muhammadiyah.
Harapan kaum liberal untuk tetap diakui sebagai bagian yang sah dari Muhammadiyah masih tersisa, mengingat – tidak seperti Muktamar NU – Muktamar Muhammadiyah ke-45 memang tidak secara formal melarang ajaran liberalisme dikembangkan di Muhammadiyah.
Merasa diri mereka tersudut, mereka sekarang berjuang untuk mendapatkan pengakuan, bahwa liberalisme adalah bagian yang sah dari Muhammadiyah. Bahkan, dibuat berbagai tulisan yang menggambarkan, bahwa pendiri Muhammadiyah adalah juga seorang penganut paham liberalisme.
Din Syamsuddin sendiri masih dinilai oleh kaum Liberal belum jelas benar sikapnya, karena dalam berbagai kesempatan, dia banyak mengkritik paham Islam Liberal. Dalam buku berjudul “Pemikiran Muhammadiyah: Respons Terhadap Liberalisasi Islam, (Surakarta: UMS, 2005), Din  menyatakan, bahwa Muhammadiyah “tidak sejalan dengan paham ekstrem rasional dikembangkan Islam Liberal, meski beberapa oknum terutama di kalangan muda atau yang merasa muda ikut-ikut berkubang di jurang “liberalisme Islam”.
Dalam buku ini disebutkan, bahwa Din menegaskan sikap Muhammadiyah yang ingin mengambil “posisi tengahan” yang secara teologis merujuk kepada al-Aqidah al-Wasithiyah. Secara tegas, Din mengkritik penjiplakan membabi buta terhadap paham rasionalisme dan liberalisme, termasuk di kalangan Muhammadiyah.
Din menyatakan: “Begitu juga ketika datang tawaran pemikiran rasionalisme dan liberalisme, tidak sedikit generasi muda Muhammadiyah, dan mereka yang masih merasa muda, terseret dalam arus liberalisme dan rasionalisme tersebut.
Muncul di sementara generasi Muhammadiyah yang mengatakan bahwa Al-Quran itu adalah produk budaya lokal (Arab), sehingga seluruh isinya adalah zhanni.
Dakwah Islam, menurut mereka, bukanlah mengajak manusia untuk ber-Islam, baik kepada yang sudah muslim apalagi yang belum muslim, dakwah tidak mengurusi keyakinan dan iman seseorang, tetapi hanya menata kehidupan yang harmonis diantara berbagai keyakinan dan mengatasi berbagai problem kemanusiaan seperti kemiskinan, kebodohan, dan sebagainya.
Persoalan iman adalah masalah individu sehingga isu kristenisasi seharusnya tidak menjadi masalah lagi bagi Muhammadiyah. Bahkan, ada yang lebih ekstrem dengan mengatakan, bahwa Muhammadiyah hendak diubah paradigmanya, dari gerakan amal saleh dan gerakan ibadah menjadi gerakan praksis sosial yang netral dari kepentingan keagamaan.”
Itulah sebagian kritik yang pernah disampaikan oleh Din Syamsuddin terhadap ide-ide liberalisme yang berkembang di tubuh Muhammadiyah.
Namun, Din juga menginginkan, bahwa jalan yang ditempuh untuk menyelesaikan masalah pemikiran adalah dialog pemikiran. Dia pernah mengutarakan keinginannya agar semua aliran pemikiran itu ditampung dan didialogkan dengan serius dalam suasana kekeluargaan.
Ketika menemui Nurcholish Madjid, yang masih bergelut dengan penyakit hatinya, Rabu (13/7/2005), Din mengatakan, pada kurun waktu terakhir ini, di Muhammadiyah telah berkembang dialektika pemikiran dalam spektrum yang sejalan dengan ide-ide pembaruan seperti modernitas, pluralisme, dan inklusivisme yang memadukan cita-cita liberal dan progresif dengan keimanan yang saleh.
Disamping itu, di kalangan warga Muhammadiyah, juga masih kuat berkembang bentuk-bentuk pemikiran yang ‘puritan’. Untuk menghindari kesenjangan dialektika dua arus pemikiran ini, maka Pimpinan Pusat Muhammadiyah akan berusaha mendekatkan kedua pihak melalui dialog yang intensif dan kontinyu. (Republika, 14/7/2005)
Dialog pemikiran adalah bentuk yang sangat ideal. Dan hal itu harus dikaji dengan serius dan mendalam. Tidak bisa tidak, Muhammadiyah harus menghidupkan tradisi ilmu dan melengkapi dirinya dengan literatur-literatur Islam dan Barat – termasuk studi Kristen, Yahudi, dan agama-agama lain – yang memadai. Dalam hal ini, memang Muhammadiyah masih  jauh ketinggalan.
Untuk menilai ide mana yang baik dan ide mana yang buruk, dibutuhkan ilmu yang cukup. Hingga kini, misalnya, sebagai satu institusi keagamaan, Muhammadiyah belum melakukan kajian yang serius dan sikap resmi tentang paham Pluralisme Agama, metode interpretasi hermeneutika untuk tafsir al-Quran, dan isu-isu penting lainnya dalam liberalisasi Islam.
Adalah sangat berbahaya jika dialog dilakukan tanpa persiapan yang matang dalam keilmuan dan informasi yang memadai tentang pemikiran tersebut. Yang salah bisa dilihat sebagai kebenaran, sedangkan yang benar bisa dikatakan sebagai kesalahan, hanya karena kurang pandai dalam ‘mengemas’ dan ‘menjual’.
Sudah lazim diketahui, liberalisme dijajakan kepada masyarakat dengan kemasan yang menarik dan teknik-teknik pemasaran yang piawai, serta biaya promosi yang ‘gila-gilaan’. Untuk mengiklankan paham liberal di media massa saja, disiapkan dana milyaran rupiah.
Meskipun sifatnya racun dan sebenarnya patologis (seperti iklan bir bintang dan makanan anak-anak jenis tertentu), karena ditampilkan dengan iklan yang menarik, maka akan banyak peminatnya. 
Disamping itu, sejak awal perlu disepakati, bahwa ada hal-hal yang tidak mungkin dikompromikan, karena secara substansial dan fundamental memang berbeda.
Antara iman dengan syirik tidak mungkin bertemu. Antara paham Tauhid Islam dengan paham Pluralisme Agama tidak mungkin bertemu, sebab paham Pluralisme Agama jelas-jelas mengajarkan syirik. Mustahil dua paham ini bisa disatukan dalam satu tubuh, sebab satu sama lain, saling menegasikan.
Yang satu mengakui eksklusivitas Ke-Esaan Allah dan kebenaran risalah Nabi Muhammad saw sebagai satu-satunya jalan kebenaran dan keselamatan, sedangkan yang lain mengakui kebenaran dan validitas semua agama. Syirik adalah kezaliman yang besar (zhulmun azhim), sedangkan salah satu dosa yang cepat mendatangkan azab Allah adalah dosa kezaliman.
Karena itu aneh sekali jika kaum Islam Liberal menginginkan paham syirik semacam ini hidup berdampingan secara damai dengan paham Tauhid di tubuh Muhammadiyah. Seharusnya penyebar paham ini bertobat dan menyadari kekeliruannya, mengaji Islam lagi dengan baik, dan berpikir dengan lebih jernih dan ikhlas. Tidak perlu terlalu silau dengan kemajuan Barat.
Kita sungguh kasihan pada penyebar dan penganut paham ini. Sebagai contoh, bisa dilihat kasus Sukidi. Sebagai propagandis pluralisme agama, Sukidi sendiri tidakmalu-malu lagi mengakui kebenaran semua agama, dengan membangga-banggakan pendapat Mahatma Gandhi, yang menyatakan: “Semua agama pada hakikatnya benar, tapi karena kebenaran tunggal itu diterima sekian banyak manusia dari beragam ras, agama, dan identitas, maka kebenaran yang tertangkap dari yang tunggal itu terfragmentasi, terpecah-pecah. Padahal, inti kebenaran itu satu jua.”
Karena itu, kata Sukidi, semua agama pada hakikatnya benar, hanya cara mendekati kebenaran itu saja yang menggunakan sekian banyak jalan. Ia menilai, Islam yang dulu dipelajarinya penuh dengan indoktrinasi, klaim-klaim kebenaran dan keselamatan, serta meletakkan Islam seolah-olah sebagai satu-satunya jalan menuju Tuhan.
Karena itu, ia mengaku menemukan Islam di Harvard, yakni Islam yang diletakkan dalam koteks studi agama-agama lain memberi inspirasi bahwa Islam hanyalah salah satu jalan di antara sekian banyak jalan menuju hadirat Tuhan.
Namun, ia sendiri menyatakan belum menemukan kebenaran. Katanya, “Terus terang saya masih dalam tahap pencarian akan arti kebenaran itu sendiri, sehingga masih dalam proses yang tiada berujung.”
Kita sungguh kasihan dengan anak muda pintar seperti Sukidi ini. Jauh-jauh belajar Islam ke Harvard hasilnya justru mengakui kebenaran semua agama, dan ragu akan kebenaran eksklusif agama Islam. Kasihan sekali, sungguh kasihan.
Namun, di sini kita juga mengakui, betapa hebatnya program cuci otak yang dilakukan terhadap para cendekiawan Muslim, sehingga entah sadar atau tidak, dia sudah menyebarkan virus pluralisme agama itu ke tubuh Muhammadiyah dan umat
Islam secara keseluruhan. 

Paham kebenaran semua agama ini sudah berabad-abad digagas. Berbagai tamsil dibuat. Ada hikayat tentang gajah dan orang buta, ada hikayat tentang Nathan yang bijaksana. Dan sebagainya.
Di kalangan Yahudi, pada abad ke-18 muncul nama Moses Mendelssohn (1729-1786) yang menolak klaim kebenaran eksklusif satu agama. Belakangan, populer buku Charles Kimball “When Religion Becomes Evil” yang menyebut, agama akan
menjadi jahat jika memiliki doktrin “absulute truth claims”.

Jelas,  bagi Muhammadiyah dan umat Islam pada umumnya, paham Pluralisme Agama semacam itu adalah racun, sebab akan melemahkan semangat Muhammadiyah dalam melakukan dakwah, dan terlena dari serangan gerakan Kristenisasi atau evangelisasi yang semakin aktif disebarkan oleh kalangan Kristen kepada kaum Muslim Indonesia. 

Islam tegak diatas landasan syahadat: pengakuan bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah. Jadi, Islam bukan hanya percaya kepada Allah, tetapi juga mengakui kebenaran kerasulan Muhammad. Inilah yang ditolak keras oleh kaum Yahudi dan Nasrani sepanjang sejarah.
Kita setuju dengan rencana Din Syamsuddin untuk melakukan dialog pemikiran. Tetapi, dialog itu perlu  jelas pedoman, arah, batasan, dan landasannya.
Anak-anak muda Muhammadiyah yang terpukau kepada paham liberalisme perlu diajak dialog dan dijelaskan dengan cara-cara yang baik dan ilmiah. Sebab, banyak yang terpesona dengan “hal baru” tanpa mendalami hakekat dan dampaknya, karena miskinnya tradisi ilmu.
Kita berharap, Din Syamsuddin dapat mendudukkan masalah liberalisme ini dengan bijaksana. Janjinya untuk menegaskan jati diri Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah dan tetap menjadi gerakan amar ma’ruf nahi munkar, mudah-mudahan bisa direalisasikan.
Kemungkaran terbesar adalah kemungkaran yang menghancurkan Tauhid Islam, seperti paham Pluralisme Agama ini – sebuah paham yang melegitimasi dan mendukung kekufuran dan kemusyrikan.
Padahal, Allah SWT sudah menegaskan (yang artinya): “Sesungguhnya orang-orang kafir yakni ahli kitab dan orang-orang musyrik (akan masuk) neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya.” (QS 98:6).
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (QS 4:48).
“Dan mereka berkata: “Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak. Sesungguhnya kamu telah mendatangkan sesuatu perkara yang sangat mungkar, hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu dan bumi terbelah dan gunung-gunung runtuh, karena mereka menuduh Allah Yang Maha Pemurah mempunyai anak.” (QS 19:88-91).
Jadi, dalam konsepsi Islam, sekedar menyatakan bahwa Allah mempunyai anak sudah disebut sebagai kemungkaran besar dan Allah sangat murka dengan hal itu.
Dengan Pluralisme Agama, semua kemungkaran ini dilegitimasi. Pluralisme Agama jelas membongkar Islam dari konsep dasarnya. Tidak ada lagi konsep mukmin, kafir, syirik, sorga, neraka, dan sebagainya. Karena itu, mustahil paham Pluralisme Agama bisa hidup berdampingan secara damai dengan Tauhid Islam.
Sebab keduanya bersifat saling menegasikan. Di mana pun juga, apakah di Muhammadiyah, di NU, MUI, DDII, atau yang lain. 

sumber :http://hidayatullah.com



Islam vs Kristen

MENGAPA UMAT KRISTIAN TIDAK MEMPUNYAI SEBAB-SEBAB YANG SAH UNTUK TERIMA MUHAMMAD SEBAGAI 'NABI' ATAU RASUL.
KEMBALI PADA SOAL PARAKLETOS TADI. INI BERERTI ORANG KRISTIAN TIDAK BOLEH MENERIMA KENABIAN MUHAMMAD. PADAHAL ORANG ISLAM SENDIRI TIDAK MENJADI MASALAH MENERIMA KENABIAN YESUS/ISA. APAKAH KITA TIDAK DITUDUH INTOLERAN ? BOLEH DIJELASKAN?
Begini, ya. Memang benar, Islam sangat menjunjung tinggi Isa A.S. sebagai Nabi. Bahkan gelar Firman Allah diterapkan bagi Baginda dalam al-Quran. Ini saya kemukakan dengan menyadari perbedaan makna teologis gelar itu dengan pengertian kita sebagai orang Kristen.
Nah, soal kenabian Muhammad ini ada kesulitan teologis bagi orang Kristen. Mengapa bagi Islam tidak ada kesulitan? Ya, karena 'Isa hadir sebelum Muhammad. Jadi, kendati Ibrahim, Musa, Yesus semua diakui, bahkan kalau Dr.Nurcholish Majid menganggap tokoh-tokoh spiritual di luar tradisi Semitik adalah juga nabi, seperti Buddha, Kong Hu Cu, dan masih banyak lagi, tetapi khataman Nabiyin (Penutup Nabi-nabi) adalah tetap Muhammad.
Bagaimana dengan "nabi-nabi" yang lahir setelah Muhammad? Mirza Ghulam Ahmad, misalnya, atau Muhammad Ba'haullah, pengasas aliran Baha'I? Nah, sulit bukan, bagi Islam mengakui dan menerima mereka ? Bagaimana dengan Dr.Rashad Khalifa dengan 'Kod 19'nya, Atau pun Aga Khan, dan lain-lain lagi dalam diunia Islam ? Ya, sama saja dengan umat Kristen. Bagaimanapun, kita sulit memberi tempat dengan adanya nabi-nabi. Sedangkan Yesus/Isa adalah kemuncak pengwahyuan Firman dan Sabda Allah itu sendiri, seperti disebut dalam Surat Ibrani 1:1-4. Begitulah pendirian kami.

KALAU MENURUT GEREJA-GEREJA ARAB SENDIRI, BAGAIMANA?
BUKANKAH ISLAM, KHUSUSNYA MUHAMMAD ADALAH 'SEORANG PEMBEBAS' BAGI MEREKA?

Secara politis, ya. Bahkan Sayidina Umar, sahabat Muhammad saja, diberi gelar al-Faruq (Pembebas) di Syria. Bahasa Suryani, Faruqa. Mengapa? Karena Umar bin Khatab telah membebaskan orang-orang Kristian Syria dari tangan imperialis Kristen Byzantium/Yunani. Apalagi Muhammad. Tetapi, ya itu tadi secara teologis yang sulit. Tapi, begini ya. Saya bertanya, mengapa orang Kristen enteng (mudah) saja menyebut tokoh-tokoh Hindu sebagai Reshi, Maharshi atau Sidharta Gautama sebagai Buddha. Padahal maknanya, yang sebenarnya mirip dengan Nabi.
Jawabannya, di sana tidak ada tabrakan atau perselisihan apa-apa secara terminologis, sebab bukankah istilah saja yang beda? Tetapi Islam dan Kristen ini, tabrakan dan ketidak-sefahaman. Sebab kan term-term teologis sama, ada Rasul, Nabi, Taurat, Injil, Ruh al-Qudus dan sebagainya, yang kadang-kadang dipakai term dan istilah yang sama tetapi jauh berbeda maknanya!
Sebalik, pokok iman yang sama, diungkapkan dalam istilah yang beda. Nah, saya usulkan agar diparalelisasikan dalam pemahaman. Misal, Muhammad itu ya memang Nabi. Maksud saya, nabi bagi umat Islam dan bukan nabi umat Kristen. Apa salah kita katakan begitu?
Dalam Alkitab, Titus 1:12-13 Paulus saja menyebut seorang ahli falsafah Yunani sebagai "nabi" kok. Bahasa aslinya, prophetes. Tetapi maksud, "nabi mereka". Sudah tentu nabi dalam makna yang mereka fahami, yaitu orang-orang Kreta. Begitu juga Nabi Muhammad. Kita boleh memahami seperti pemahaman Paulus terhadap "nabi orang Kreta".
Dalam tradisi keKristenan Syria, kita mengenal kisah Bahira menjumpai Muhammad tatkala ia masih berusia remaja. Penulisan adalah salah seorang Bapa Gereja Syria sendiri, Ibnu al-Ibri yang hidup pada abad ke-13, dalam kitab Tarikh al-Mulukiyah (Riwayat Raja-raja). Orang Barat menyebut bar Habreaus.
Dalam kitab ini dikisahkan, ketika melihat Muhammad, rahib Bahira berkata: "Anak ini akan menjadi orang yang linuwih, pinunjul. Dan kebesarannya akan mengatasi batas bangsa-bangsa". Di sini, walaupun nilai-nilai rohani dari agama lain dijunjung tinggi, tetapi ia tidak sekali pun menenggelamkan jati diri keKristenan kita sendiri. Apa yang mau ditekankan dari kisah ini? Pertama, kebaikan itu tetap kebaikan, dari mana pun jua asalnya. Sebalik, brengsek itu tetap brengsek , meskipun ada dalam agama kita sendiri. Kedua, dengan menghindari sebutan "nabi" untuk Muhammad dalam kitab itu, Bapa Gereja Syria tetap menjaga identiti imannya. Maksudnya, agar tidak terjadi pertelingkahan tadi.
Singkatnya, dalam dialog kita jangan usah terlalu bercita-cita tinggi menyatukan perbedaan. Bagaimana, misal, Islam menuntut kenabian Muhammad kepada kita orang Kristen. Atau sebalik. Sedangkan definisi nabi antara keduanya saja mungkin kita sebelum sepakat atau belum sama.

TERM DAN ISTILAH-ISTILAH YANG SAMA KADANG-KADANG DIPAHAMI DALAM MAKNA YANG BERBEDA. BOLEH DIBERIKAN CONTOHNYA ?
Contohnya, apa ya? Istilah Rasul, misalnya. Dalam Islam, rasul adalah seorang nabi juga. Ada yang mendefinisikan, seorang nabi belum tentu rasul. Tetapi seorang rasul sudah pasti nabi. Jadi, rasul lebih tinggi daripada nabi. Sebab nabi dan rasul sama-sama mendapat wahyu. Seorang rasul wajib mempaikan wahyu itu kepada umat.
Nah, dalam Kristen istilah Rasul itu berasal dari bahasa Ibrani Shelihah. Bentuk jamak Shelihim. Kisah rasul-Rasul, bahasa Ibraninya: Miph'a lot ha-Selihim. Konteks sama sekali berbeda dengan istilah rasul dalam Islam. Istilah shelihah berasal dari sinagoge Yahudi, yaitu wakil dari imam (kohen) dalam mempimpin ibadah. Nah, Yesus dalam iman Kristen diyakini sebagai imam besar (kohen haggadol) menurut nubuat dalam Mazmur 110:4.
Dalam konteks seperti ini, murid-murid Yesus adalah para "shelihah" Yesus sebagai Imam Besar. Dalam Alquran, murid-murid Yesus digelari sebagai Hawariyin. Ternyata sebutan Hawari berasal dari bahasa Habshi/Etiopia. Maknanya sama dengan shelihah tadi. Tetapi entah sebelum zaman Islam atau sesudah istilah rasul diterapkan bagi murid-murid Isa dalam bahasa Arab.
Tetapi yang jelas, ketika umat Islam memahami kata Rasul dalam ertikata Islam, dan menerapkannya bagi iman Kristian, maka ketika membaca Injil dan di sana ada Rasul Petrus, Rasul Matius, dan lain-lain, akan terasa aneh. Istilahnya sama, tetapi muatan ertinya berbeda.


 
 sumber :http://www.answering-islam.org



8.3.10

Speedy Kurang Pelayanan Untuk Gangguan

Speedy yang di gunakan tidak selalu mulus dan cepat aksesnya untuk masuk ke internet kadang menemukan yang namanya loading lemot, atau loadingnya lambat.

Kalau sudah menemukan loading yang lemot atau lambat kemena lagi kita harus mengadu,,,,?? palling cuma pasrah dan menunggu sampai jaringan dari speedy nya benar-benar stabil sepaerti semula.







Atau bisa juga menghubungi bagian gangguan ke 147 untuk layanan gangguan speedy d lanjutkan dengan menekan 2, setelah di angkat dan mengadu pasti Operatornya menjawab:

" mohon maaf atas ketidaknyamanan anda dan kami akan memperbaikinya dalam waktu 3 X 24 jam, dan apabila tidak ada perubahan maka kami akan memberikan diskon." 





Pasti saja kata-kata itu yang keluar dan setelah tiga hari kedepan di hubungi lagi telepon 147 pasti jawabanya sama, sepertinya vokal atau jawaban yang di keluarkan sudah di hafal dalam bentuk tulisan, ga kreatif

seharusnya pelayanan dari gangguan speedy harus benar-benar di tingkatkan lagi agae customer yang menggunakan akses speedy yidak kecewa.

Kalau bisa bagian gangguan dari speedy di buat cabang ke wilayah-wilayah agar semuanya loancar, karena speedy sudah masuk ke wilayah-wilayah pedalaman di daerah Bekasi