Pages

6.1.10

Pacaran tidak di barengi nafsu

Harus ada kesadaran bahwa pacaran hanyalah proses pembelajaran !

Pada kenyataan pacaran tak sedikit yang hanya akan menunai kegagalan, kekecewaan dan bahkan bisa sangat menyakitkan. Malah bisa dibilang hanya sedikit yang berakhir di pelaminan. Itupun terjadi (perkawinan) karena sudah melalui proses kegagalan demi kegagalan, kekecewaan demi kekecewaan dan pengkianatan demi pengkianatan. Adapula yang hanya melakukan dengan proses yang cukup singkat saja. Dan kalau boleh dibilang, bahwa pada kenyataannya ternyata pacaran sesungguhnya hanya akan menunai kegagalan, kekecewaan dan bahkan sangat menyakitkan.

Kemudian kalau sudah memahami kenyataan umum yang terjadi, maka tidak ada jalan lain untuk menyadari bahwa pacaran hanyalah sebuah proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang didalamnya terdapat adanya perasaan cinta, kecemburuan, kemungkinan adanya pengkianatan, godaan seksual, kesalahpahaman-kesalahpahaman, rayuan gombal, proses meningkat kemudian menurun, datang dan pergi, awalnya cinta dan berakhir dengan kebencian, dan lain sebagainya.

Dengan demikian siapapun juga yang sudah memberanikan diri membangun cintanya dengan pacaran, maka merekapun harus siap untuk dikianati, dilukai, dikibuli, terjerumus pada sek yang sangat mematikan, malu, hilang kepercayaan diri, dan banyak hal lain yang harus siap diterima sebagai sebuah kenyataan akibat irama cinta yang bisa memabukkan ini. Terjerumus pada sex yang mematikan akibat jiwa cinta yang memang akan membawanya ke sana. Terjerumus pada sex yang mematikan, karena tanpa disadarinya kita tahu-tahu sudah terjebak di sana. Terjebak pada aktifitas sex yang sebenarnya belum siap kita terima. Ketidaksadaran terjebak aktifitas sex sebagai arus jiwa cinta, yang pada akhirnya, ternyata sangat menyakitkan. Sangat menyakitkan karena telah ada pengkianatan. Adanya pengkianatan setelah semua terjadi begitu saja.

Begitulah resiko pacaran yang harus disadarinya. Sebab pacaran adalah irama cinta itu sendiri. Dan cinta pastilah akan membawanya pada aktifitas sex. Namun aktifitas sex belum bisa menjamin akan membawanya pada semakin kokohnya cinta. Demikianlah adanya tentang roh cinta itu. Sehingga bisa dikatakan cinta adalah sex, namun sex belum tentu membawanya ke dalam roh cinta. Sehingga, bisa disimpulkan bahwa pacaran adalah hawa nafsu itu sendiri.

Jadi, adalah pembohong besar !, jika udah jadian berbulan-bulan dan sudah ke sana ke mari berduaan, namun belum pernah ciuman, meraba-raba dan seterusnya. Apalagi sudah berjalan 6 bulan atau 1 tahun lebih, maka pembohonglah !, kalau mereka mengatakan kalau aktifitas pacaran mereka hanyalah dilakukan dengan hanya ngobrol-ngobrol saja.

Perlu juga diketahui bahwa pacaran adalah perkembangan. Maka pacaran tanpa perkembangan maka pastilah akan menunai keretakan. Sebagaimana sifat manusia, manusia tidaklah mungkin hanya merasa cukup melakukan sesuatu yang pernah berulang-ulang dilakukannya. Mereka pastilah menuntut lebih dan lebih, tentang apa yang telah didapatkannya. Demikian juga dengan pacaran, mungkin bisa saja awalnya hanya dilakukan dengan ngobrol-ngobrol belaka, akan tetapi tidaklah mungkin tanpa kelanjutan dan perkembangan. Memang awalnya ngobrol-ngobrol saja, kemudian bergandengan tangan, kemudian berangkulan pinggang, demikian seterusnya dan seterusnya, sehingga hibungan sex hanya tinggal menunggu waktu saja. Untuk itu, disadari ataupun tidak disadarinya, proses itu pastilah akan terkembang.

Ada juga sebagian dari mereka, karena hawa nafsu sudah menggebu-nggebu, maka merekapun memutuskan untuk segera menikah. Tapi ada juga yang berani melakukannya, walaupun akhirnya menuai perasaan bersalah dan was-was, akibat dilakukannya diluar pernikahan. Ya, beruntunglah kalau berakhir dipelaminan. Tapi kalau tidak, maka akan hancurlah salah satunya. Sebab itulah cinta yang ada dipertemuan dua anak manusia, maka hawa nafsu di sana akan bekerja dengan sendirinya. Hawa nafsu yang menuntunnya untuk berbicara. Untuk berbicara, sebagaimana jiwa cinta yang sedang berada diantara mereka.


Pacaran Sangatlah sulit terhindar dari hawa nafsu !

Untuk itu menjadi sangatlah sulit menghindarkan pacaran dari hawa nafsu. Sebab begitulah Tuhan menciptakan dua anak manusia yang akan dipertemukan dengan daya tarik cinta di dalamnya. Daya tarik cinta, sehingga mereka tetap bisa berkembang dan mampu mempertahankan keberadaannya sebagai manusia. Sebab tanpa adanya daya tarik cinta, maka pastilah sudah habis riwayat manusia sejak dulu diciptakannya. Dengan demikian, adanya manusia sampai sekarang ini, tak lepas dari peranan cinta yang ada di dalamnya. Maka, berharap akan keberadaan manusia, haruslah ada cinta yang menyertainya. Maha Bijaksana Tuhan yang memang telah berkehendak menciptakan manusia dengan penuh rasa cinta di dalamnya.

Di balik Tuhan memberikan rasa cinta pada manusia, maka di sanalah hawa nafsu itu menjadi bisa dirasa. Dan jiwa cinta adalah hawa nafsu itu sendiri. Jadi, adanya cinta tanpa hawa nafsu didalamnya, adalah hampa dan takkan pernah menjadi apa-apa. Dan hawa nafsu tanpa cinta, yang akan terjadi hanyalah kehancuran dan kerusakan belaka.

Untuk ini, menjadi tidaklah mungkin mampu menghindar dari hawa nafsu, ketika dua insan manusia bertemu oleh sebab landasan cinta. Sehingga bertemunya dua insan manusia dengan alasan cinta, bersiap-siaplah mengendalikan hawa nafsu yang akan berperan di dalamnya. Mengendalikan hawa nafsu cinta yang begitu sangat menggoda. Selanjutnya dua anak manusia yang sedang dirundung cinta itu, selaras dengan intensitas pertemuaan dan kurun waktu yang terkembang, tidaklah mungkin akan merasa cukup hanya sekedar tatap muka dan ngobrol-ngobrol tanpa makna. Mereka pastilah akan terdorong melakukan tahapan-tahapan cinta yang dituntun oleh kuatnya hawa nafsu cinta.

Dengan demikian, siapapun yang ingin menghendaki berhentinya tahapan cinta, maka merekapun haruslah rela mengakhiri perjalanan cinta mereka. Dan, siapapun yang berusaha mempertahankan perjalanan cintanya, maka merekapun harus siap dituntun oleh hawa nafsu cinta pada tahapan-tahapan selanjutnya. Suatu tahapan cinta yang tidaklah mungkin yang itu-itu saja. Tahapan cinta yang tak mungkin dialihkan dari nafsu cinta yang ada. Tahapan cinta yang awalnya cukup dengan ngobrol-ngobrol belaka. Dan tahapan cinta yang pada akhirnya akan menuntun mereka pada hubungan yang lebih jauh ( misal, hubungan sex ). Ini tidaklah mungkin bisa dicegah kalau ingin cinta mereka terus terjaga. Ini tidaklah mungkin dibendung, kalau masih menginginkan cintanya bersemayam di hati mereka. Sebab itulah cinta yang didalamnya ada hawa nafsu manusia. Hawa nafsu manusia sedemikian rupa, supaya manusia terus ada keberadaannya.


Yang bisa dilakukan dalam berpacaran ?

Sebelumnya, jujur saja, berat rasanya kami harus mengulas tentang kenyataan ini ( tentang pacaran). Namun, menurut kami, tidak ada salahnya ini bisa dijadikan bahan renungan ataupun sesuatu yang ideal, yang mungkin bisa dilakukan untuk menghindar dari kejamnya jiwa cinta itu sendiri. Kejamnya jiwa cinta yang sangat mungkin terjadi akibat pertemuan dua anak manusia yang sedang dimabuk cinta. Kejamnya cinta yang harus menerima pengkianatan dari salah satunya.

Kejamnya cinta, yang ternyata tanpa disadarinya telah menjebak mereka pada hubungan (sex) yang belum siap diterimanya. Kejamnya cinta, karena harus menanggung malu dibuatnya. Kejamnya cinta yang mampu menghancurkan hati yang punya. Kejamnya cinta yang mampu membuat mereka mengakhiri hidupnya. Kejamnya cinta akibat tidak tahu harus berbuat bagaimana tentangnya. Sebab begitulah hawa nafsu cinta yang akan menuntunnya !

Sungguh berat ! untuk menyampaikan ini semua. Sebab kami menyadari ini seakan kolot dan puritan adanya. Terlalu kaku dan sempit pemikirannya. Namun mau apa dikata, sampai saat ini, kami tidak melihat jalan lain yang lebih aman untuk dilakukan dan dinikmati pelajarannya. Sekali lagi, mohon maaf lah !

Harus ada kesadaran menerima perpisahan ?
Awalnya harus ada kesadaran bahwa pendekatan karena cinta hanyalah sebuah pembelajaran. Sebuah pembelajaran akan adanya pertemuan dan perpisahan. Untuk ini haruslah disadari apa yang akan terjadi yang bisa ditoleransi mereka berdua. Sehingga, jika ternyata harus ada perpisahan (ketidak cocokan salah satunya), maka tidak ada yang merasa disakiti dan dirugikan karenanya. Ditoleransi aktifitas cinta apa saja yang tidak harus meninggalkan luka yang begitu berat dirasa. Dan kemudian, merekapun harus rela menerima perpisahan, kenangan, dan aktifitas cinta yang terjadi tersebut, seandainya mereka harus berpisah karenanya. Sebab itulah makna adanya pertemuan cinta !

Tentu saja hal diatas tidak akan menjadikan trauma salah satunya, akibat perbuatan yang sangat merugikan satu atau kedua belah pihak. Untuk ini, perbuatan atau aktifitas apa saja yang mungkin perlu dibatasi dalam masa itu (pacaran atau pendekatan yang berlandaskan cinta). Aktifitas dan perbuatan apa saja yang bisa ditoleransi mereka berdua akibat adanya hawa nafsu cinta itu. Sehingga jika harus terjadi perpisahan, mereka dengan sadar menerimanya. Menerimanya oleh akibat ketidakcocokan yang muncul karenanya. Menerimanya sebagai proses pembelajaran untuk berpisah atau dilanjutkan ke pelaminan !

Harus ada batasan waktu untuk memutuskan ?
Singkatnya, kalau rentang pacaran sudah mendorong perbuatan yang membahayakan, maka sudah sepantasnyalah untuk segera diputuskan. Diputuskan untuk segera meneruskan ke jenjang pernikahan atau memutuskan untuk mengakhirinya.

Agak janggal memang, bagaimana mungkin ketika cinta sudah memasuki tahap puncak-puncaknya, malah akan diakhirinya ? Sebab hal ini harus dilakukan, oleh karena hubungan sex hanya tinggal menunggu waktu tiba. Inilah yang kami maksud membahayakan. Membahayakan karena irama cinta akan menjadi tak terduga akibatnya. Akibat irama cinta yang sudah pada puncaknya. Pada puncaknya yang tak mungkin irama cinta terus berada di sana. Rentan waktu pastilah menuntun irama cinta untuk segera menuruni puncak yang telah dilaluinya. Dan irama cinta itupun bisa menjadi malapetaka dibuatnya. Malapetaka cinta yang ternyata bisa merubah irama cinta sebelumnya. Sebelumnya, ketika irama cinta belum berada di puncaknya.

Nah, ketika irama cinta mulai menurun, maka akan mulai tampak apakah yang sebenarnya terjadi pada cinta mereka. Karena cintakah atau hanya karena hawa nafsu belaka-kah ? Akan tetapi, karena sifat manusia yang memang selalu hanya ingin enak dan menangnya sendiri, maka keberanian menikmati puncaknya cinta sebelum ikatan resmi, sangat berpeluang besar bahwa itulah yang telah menjadi maunya saja. Kalau sudah begitu maunya, maka tidaklah mungkin mampu menjujung tinggi nilai luhur cinta yang memang seharusnya di junjung tinggi itu.

Sebab kalau memang mereka ingin menjujung tinggi nilai luhur arti sebuah cinta, tidaklah mungkin mereka melakukannya hanya demi untuk mainan. Logika inipun akan membuktikan, jika mereka melakukannya karena cinta, pastilah puncaknya cinta akan dilakukan setelah mereka resmi menetapkan cintanya. Atau, mereka akan meneruskan cintanya menjadi ketetapan cinta sejatinya (mengutamakan menikah dulu), karena sudah merasa memiliki cinta yang sejati-sejatinya. Dan merekapun akan menikmati puncak cintanya dengan penuh rasa cinta dan tanggung jawabnya.

Bukan sebagai cinta mainan, menghargai murah cinta dengan hawa nafsu-tanpa cinta dan memandang rendah arti cinta yang seharus luhur ini. Sehingga merekapun bak srigala berbulu domba yang tampil seperti dewa cinta, awal mulanya. Dan tentu saja, merekapun tidak akan pernah menempatkan luhurnya cinta, namun hanya hawa nafsu belaka ! Maka ikatan resmi tiada guna bagi mereka, karena memang itu bukan tujuannya. Bukan tujuannya, oleh sebab mereka hanya memburu hawa nafsu belaka dan bukan karena cinta yang sejatinya. Dan kalau sudah mendapatkannya, merekapun berusaha lari dari tanggung jawabnya !

Begitulah, kalau nilai luhurnya cinta sudah di hargai serendah-rendahnya. Pastilah berbagai alasan dan kebohongannya akan membuatnya menghindar dari tanggung jawab yang ada. Sebab itu bukan tujuannya ! Dan bagi mereka cintapun dianggap tidak ada apa-apanya ! Terus siapakah yang pantas disalahkan kecuali dirinya sendiri ?


Tipe cewek yang bisa diharapkan !

Anda boleh percaya boleh tidak, tipe cewek yang baik hanyalah kejujuran dan kerendahan hati yang senyata-nyatanya. Senyata-nyatanya, bukan hanya karena ada maunya atau hanya sementara saja. Ada maunya, karena berharap anda memilihnya. Inilah dua kata ampuh yang harus ada padanya yaitu kejujuran dan kerendahan hatinya.

Tidaklah ada urusan dengan kekayaan, keturunan, jabatan, ketenaran, kecantikan, dan prilaku keyakinan keagamaannya, sekalipun. Sebab semua menjadi tak ada apa-apanya jika ternyata si dia adalah pembohong besar, sombong, congkak, tak tahu diri, dan munafik.

Namun jika anda mampu mendapatkan lebih dari dua kata kunci di atas ( kejujuran dan kerendahan hatinya), kenapa tidak ! Namun yang jelas dua pokok kata kunci tipe cewek yang baik itu harus di utamakan, selanjutnya terserah anda untuk mengusahakannya. Selamat menghadapi hidup untuk hidup !

sumber : http://duhgusti.com

0 komentar

Posting Komentar