Pages

19.11.09

Kampung Kaligrafi Kaliwungu

Warga Desa Kauman mengais rezeki dari kaligrafi. Kini kawasan itu terkenal sebagai kampung kaligrafi. Setiap tahun, seluruh pesantren mengadakan lomba kaligrafi. Ada pelajaran khusus bagi santri: melukis tulisan arab.

Dua pemuda sibuk menempelkan kain kanvas pada bingkai kayu dalam berbagai berukuran di Bengkel Seni di Desa Kauman, Kaliwungu, Kendal, Jawa Tengah. Ada yang vertikal, banyak pula yang horizontal. Dua pemuda yang lain sedang melukis kaligrafi pada sebuah pigura berbagai ukuran.

Taufik, seniman sekaligus pemilik Bengkel Seni, terlihat asyik dengan kuasnya. Sejurus kemudian, dia beralih pada bidang kanvas lain yang tidak lagi putih karena sudah dipenuhi goresan abstrak.

Lalu diambilnya sebuah kantong plastik yang berisi pastel. Dari sudut plastik yang telah dilubangi, keluarlah pastel yang dilukiskan dalam kanvas membentuk kaligrafi Arab.

Bengkel Seni adalah salah satu dari belasan rumah yang memproduksi lukisan kaligrafi di Desa Kauman. Berbagai motif dan media lukis kaligrafi mudah dijumpai di sini. Mulai berupa lukisan di atas kertas biasa, lukisan dengan cat minyak, sampai lukisan timbul dengan pastel yang dibalut dengan foil emas.

Taufik mengklaim ada ciri khusus dari kaligrafi produksi Bengkel Seni, yakni rangkaian kaligrafinya ditulis di atas lukisan abstrak yang dijadikan latar lukisan. Di atas lukisan abstrak itulah Taufik merangkai huruf Arab yang biasanya nukilan dari ayat-ayat Al-Quran atau hadis Nabi. Kaligrafinya ditulis dengan pastel timbul yang dilapisi foil warna emas. "Saya menyebut kaligrafi abstrak timbul," ujar pria yang hanya tamat sekolah menengah atas ini.

Lelaki ceking 40 tahun ini mengaku menjadi pelukis secara tak sengaja. Setamat SMA, dia mengisi kekosongan dengan belajar melukis. Awalnya melukis pemandangan, bunga, hewan, atau gadis cantik. Pengaruh lingkungannya, yang juga kawasan santri, membuat dia belajar kaligrafi.

Taufik belajar kaligrafi kepada seorang ustad yang mengajar di pesantren Asrama Pendidikan Islam Kaliwungu. Apalagi tiap tahun, menjelang libur panjang, setiap pesantren di sini mengadakan lomba seni kaligrafi.

Kaliwungu adalah salah satu kecamatan di Kendal yang terkenal sebagai daerah santri. Puluhan pesantren tersebar di kecamatan yang terletak paling ujung timur berbatasan dengan Kota Semarang tersebut.

Berkat tuntunan sang ustad, Taufik menjadi salah satu seniman kaligrafi. Kaligrafi telah menjadi jalan rezeki Taufik dan keluarganya. Setiap hari Bengkel Seni mampu memproduksi lima lukisan kaligrafi dengan berbagai ukuran. Harganya bervariasi, dari Rp 250 ribu hingga Rp 1,5 juta. "Bergantung pada besar dan tingkat kerumitannya," kata Taufik.

Bengkel Seni lebih banyak melayani pesanan yang datang dari Kendal, Semarang, Surabaya, Bandung, dan Jakarta. Namun, di sanggar Bengkel Seni dan outlet-nya di Kaliwungu, dia menyetok lukisan untuk melayani santri di Kaliwungu. Hasil lukisan kaligrafi Taufik juga telah dijadikan kalender oleh sebuah penerbitan di Surabaya hampir 10 tahun.

Berkah kaligrafi juga dirasakan dari belasan seniman lain Kaliwungu, khususnya di Desa Kauman. Supangat, misalnya. Meski usahanya tidak sebesar Taufik, lelaki 27 tahun ini bisa menggantungkan hidupnya pada kelihaian merangkai huruf Arab.

Di rumahnya, yang juga berfungsi sebagai outlet, terdapat belasan lukisan kaligrafi. "Saya juga melayani pesanan dari toko-toko dari beberapa daerah," katanya. Supangat tidak fanatik pada satu gaya dan media lukisan. Ada yang timbul, ada juga lukisan cat minyak biasa.

Fattah lain lagi. Kaligrafinya sering dipasarkan secara tradisional dengan memanfaatkan perayaan hari besar Islam, seperti Maulid Nabi dan Lebaran. Dia juga melayani pembuatan kaligrafi yang bersifat sementara untuk hiasan upacara pernikahan atau khitanan. "Untuk hiasan sementara, biasanya terbuat dari kertas atau gabus," katanya.

Apa pun corak dan cara pemasarannya, seni kaligrafi telah menjadi sumber penghasilan bagi sebagian penduduk Kauman. Sebagaimana tradisi santri telah menjadi napas Kaliwungu.SOHIRIN

Agar Dahi Tak Berkerut

Taufik, Supangat, dan Fattah bukan tidak bisa melukis selain kaligrafi. Di sanggar mereka juga ada lukisan bunga, hewan, dan panorama alam. Namun, hampir semua seniman di Desa Kauman, Kaliwungu, Kendal, menjadikan kaligrafi sebagai karya seni yang utama. "Kaligrafi adalah kesenian kaum santri yang harus dilestarikan," kata Taufik.

Fattah menambahkan, melukis kaligrafi tidak hanya ekspresi jiwa ataupun sebagai penghasilan semata. "Menulis kaligrafi yang terdiri atas kalam Tuhan dan sabda Nabi adalah ibadah," katanya.

Sebagai bagian dari dakwah atau syiar, seniman kaligrafi di Kauman tidak memilih pilihan huruf yang terlalu ruwet. Karena itu, masyarakat tidak perlu mengerutkan dahi untuk membaca lafal kaligrafi. "Kalau kita bikin kaligrafi tapi masyarakat tidak bisa membacanya, fungsi dakwahnya hilang," kata Taufik.

Atas pemahaman itu, ciri kaligrafi Kaliwungu tidak terlalu keluar dari pilihan huruf pokok yang dikenal selama ini. Misalnya naskhi (pilihan huruf seperti pada Al-Quran) atau tsulus. Kalaupun ada improvisasi, tidak terlalu membingungkan. "Itulah yang diajarkan para senior kami," kata Fattah menimpali.

Source: www.korantempo.com

0 komentar

Posting Komentar