Pages

19.11.09

Keenam Kalinya, Masjid Agung Kaliwungu Direnovasi

Untuk keenam kalinya, Masjid Al Muttaqin Kaliwungu, Kendal dilakukan renovasi. Praktis, bagian luar bangunan Masjid Agung Kaliwungu tersebut, tak lagi terlihat seperti bentuk aslinya saat dibangun pertama kali pada tahun 1680 silam.

‘’Bagian luar Masji Al Muttaqin, sekarang ini tidak lagi seperti saat pertama kali didirikan oleh KH Asy’ari atau Kiai Guru. Renovasi yang keenam kalinya atau yang terakhir ini, telah kami laksanakan sejak Juli 2009 lalu,’’ papar Sekretaris Yayasan Masjid Al Muttaqin Kaliwungu, H Muhammad Mustamsikin SAg MPdI di sela-sela mengawasi renovasi masjid, kemarin.

Masjid yang berdiri tepat di jantung kota Kecamatan Kaliwungu tersebut, memiliki catatan sejarah tersendiri bagi umat Islam. Pasalnya, masjid yang berdiri di atas lahan seluas lebih kurang 5.000 m2 tersebut dibangun oleh KH Asy’ari atau Kiai Guru —seorang ulama besar serta tokoh penyebar agama Islam di Kaliwungu. Haul Kiai Guru diperingati setiap bulan syawal oleh masyarakat Kaliwungu. ‘’Kaliwungu pada saat itu merupakan sebuah Kabupaten yang membawahi beberapa wilayah, misalnya Tugu dan Mijen (wilayah Kota Semarang-Red),’’ imbuh Mustamsikin.

Dia menjelaskan, renovasi Masjid Al Muttaqin pertama kali dilaksanakan pada 1780 atau seratus tahun usai masjid tersebut didirikan. Renovasi dilakukan oleh putra KH Asy’ari, KH Muhammad. Adapun, renovasi yang kedua pada tahun 1880 juga dilakukan oleh keturunan Kiai Guru. ‘’Untuk renovasi yang ketiga dilaksanakan keturunan Kiai Guru, KH Abdul Rosyid pada tahun 1922, serta keempat pada tahun 1952 oleh KH Hisyam yang juga keturunan Kiai Asy’ari.’’

Renovasi kelima pada tahun 1987 dilaksanakan oleh panitia masjid terkait diketuai oleh KH M Adib Umar. Kegiatan ini sebelumnya telah mendapat persetujuan oleh masyarakat, alim ulama, dan tokoh masyarakat di Kaliwungu, melalui sebuah musyawarah. ‘’Sedangkan, renovasi yang keenam kalinya ini dilakukan sejak tiga bulan yang lalu oleh panitia masjid yang dipimpin oleh KH Hafidzin Ahmadun.’’

Mustamsikin mengemukakan, kendati telah berulang kali mengalami rehab, ada beberapa bagian di masjid yang masih dipertahankan. Terutama pada interiornya, yakni empat soko guru atau tiang penyangga yang berbahan kayu jati kotak berukuran sekitar 40 cm2 dengan panjang lebih kurang 10 meter, serta kubah kecil pembawaan bangunan masjid saat kali pertama berdiri.
Swakelola
‘’Kubah kecil itu adalah peninggalan KH Puger, yang kono merupakan guru KH Asy’ari. Kubah kecil itu saat ini berada di bawah kubah besar Masjid Al Muttaqin, sehingga apabila dilihat dari luar tidak akan terlihat. Empat soko guru tersebut, sebenarnya sudah tidak memiliki fungsi penyangga bangunan. Sebab, penyangga bangunan sudah digantikan oleh sejumlah tiang cor beton. Meski demikian, soko guru masuh dipertahankan dan diabadikan, sesuai kesepakatan musyawarah.’’

Dia mengemukakan, seandainya ada persoalan yang ada hubungannya dengan masjid, maka akan dicarikan jalan keluar bersama dalam musyawarah bersama kiai, alim ulama, tokoh masyarakat dan perwakilan warga. ‘’Tujuan renovasi adalah, untuk menambah daya tampung masjid untuk shalat berjamaah.’’

Mulai rehab masjid yang kelima hingga sekarang, didanai dari dana swadaya masyarakat. ‘’Ditambah harta atau bondo Masjid Al Muttaqin berupa lahan sawah seluas 21,5 hektare yang berada di sebelah utara stasiun kereta api Kaliwungu hingga jalur arteri Kaliwungu.’’

Source: Suara Merdeka

0 komentar

Posting Komentar