Pages

9.11.09

Memilih ISP

Aku akan coba memberi gambaran untuk membantu para pengelola warnet dalam memilih ISPnya, terutama bagi mereka yang “baru mau membuka warnet“. Saat ini, di Bekasi saja sering bermunculan ISP-ISP baru yang (maaf) bersifat easy come easy go. Beberapa bulan lalu masih gencar melakukan promosi ke warnet2, tapi 2 bulan kemudian malahan sudah hilang dan tidak terdengar lagi. Kasian warnet-warnet yang tergiur dengan promosi singkatnya itu. Kalau aku perhatikan, tidak sedikit orang yang merasa mengerti IT, hobbi ngutak-ngatik internet, punya modal cukup – kemudian mendirikan ISP. Tapi sesudah itu tidak sanggup mengelola dengan baik. Kasian para pengusaha warnet-warnet kecil yang harus ikut-ikutan menanggung akibat dari hobbi sang ISP.
Pada dasarnya bisnis ISP tidak bisa dimulai dari kecil terlebih dahulu, karena ada barrier to entry atau hambatan/kendala yang harus dihadapi. Sebuah ISP pastinya membutuhkan sambungan internet baik ke IIX maupun ke Internasional. Untuk mengetahui harga bandwidth bukanlah hal yang sulit. Jadi, masalah “bahan baku” dari ISP itu sendiri sudah menjadi rahasia umum. Perlu diketahui bahwa harga bandwidth yang dibeli oleh ISP akan makin murah jika kapasitasnya makin besar. Untuk itu, jika ada ISP yang baru berdiri dan baru memiliki 2-3 pelanggan saja kemudian menawarkan harga bandwidth yang terlalu jauh dengan harga pasaran, maka sebaiknya diteliti kembali kualitas link-nya.
Berdasarkan pengalamanku bekerja disebuah ISP (yang merangkap NAP juga), sangatlah sedikit pihak warnet maupun korporat yang tau dengan pasti berapa besarnya bandwidth yang mereka peroleh. Ada yang merasa mendapatkan koneksi clear channel, tapi tidak tau bagaimana mengukurnya. Sehingga ketika membandingkan harga ISP yang satu dengan yang lainnya menjadi tidak akurat. It would be good if you compare apple to apple, off course ! Jadi, kalau anda membandingkan harga untuk bandwidth 128 clear channel, pastikan dulu besaran bandwidth yang diterima sudah benar-benar 128 clear channel atau tidak.
Contohnya, ada sebuah ISP di Bandung yang mengkampanyekan bahwa mereka tidak menggunakan konsep sharing, tapi juga mengatakan bahwa bandwidth yang di-deliver kepelanggannya memiliki CIR sebesar 50%. Itu artinya bandwidth yang diperoleh pelanggan selalu menggunakan konsep share 2. Nah lho !
Tidak ada ISP yang sempurna. Selain itu, masing-masing ISP juga tidak sama. Ada ISP yang dibangun berdasarkan hobi dari sang pemilik, ada juga yang merupakan bisnis sampingan yang dikelola seingatnya saja, ada yang menargetkan sekian ribu user, tapi ada juga yang menargetkan hanya puluhan bahkan belasan user saja. O iya, ada juga ISP yang memfokuskan bisnisnya untuk menunjang proyek2 pemerintah saja. Karakter-karakter tersebut dapat mempengaruhi cara mereka berbisnis dan melayani para pelanggannya.
Ketika kamu memutuskan untuk memilih salah satu ISP, sebaiknya kenali dulu kebutuhanmu, yang diantaranya:
  • Apakah harga menjadi pertimbangan utama ? Jika ya, maka waku kamu sudah memilih ISP yang menawarkan harga paling murah, selanjutnya jangan buang-buang waktu untuk komplain masalah kualitas link, servis dan respon time. Kan sudah dapat harga murah big-grin.gif Karena masalah kualitas dan servis mendapat subsidi dari penjualan bandwidth itu sendiri, padahal biaya bandwidthnya saja sudah dijual mepet malahan nyaris merugi ! Mana ada orang yang buka usaha tapi rela merugi terus-menerus, iya ga ?
  • Apakah kualitas link & services menjadi pertimbangan utama ? Jika ya, pastinya tidak mungkin harga bandwidthnya murah, karena pada dasarnya servis itu ada cost-nya dan tidak murah lagi, hehehe… ! Tanyakan jumlah supporting staf tekniknya ada berapa orang (jangan-jangan hanya punya 1 orang sales yang merangkap teknisi ?!?) dan mintalah nomor telepon yang dapat dihubungi. Akan lebih baik jika nomor telepon yang diberikan adalah nomor PSTN dan juga selular.
Kadang kita meminta referensi teman atas ISP yang pernah digunakan. Referensi ini bisa membantu tapi juga bisa menyesatkan. Contohnya:
  • Ketika ia memberi kalimat positif mengenai salah satu ISP, jangan buru-buru tergiur. Bisa saja teman kamu itu dijadikan pilot project terhadap salah satu strategi ISP tsb sehingga ia memperoleh fasilitas dan kenikmatan yang berbeda. Belum tentu kamu akan menerima hal yang sama.
  • Ketika ia memberi kalimat negatif, juga tidak bisa langsung dipercaya begitu saja. Bisa jadi malahan teman kamu yang sebenarnya bermasalah. Misalnya pemakaian sudah mencapai overtraffic tapi tidak sanggup up-grade bandwidth tapi malah mengatakan bahwa kualitas link yang bermasalah.
Usahakan untuk meminta dilakukan uji-coba, jika memungkinkan, lakukan ujicoba 2 ISP sekaligus untuk membandingkan koneksinya. Dan jika kamu memilih sambungan wireless, pastikan pihak ISP melakukan ketempatmu.

0 komentar

Posting Komentar