Pages

19.11.09

Cerita cah Kaliwungu

Senin, 23 Maret sore pukul 16.30 saya meninggalkan Bogor menuju Cengkareng. Mandala RI-298 membawaku pulang menuju Semarang, tepatnya pukul 19.40 saya meninggalkan Cengkareng, tiba di bandara Ahmad Yani Semarang pukul 20.35. Ya, selang 30 menit kemudian saya kembali menginjakkan kaki di kampung halamanku, Kaliwungu. Setahun sudah tepatnya sejak kembali ke Bangkok aku meninggalkan kampung halaman.

Kaliwungu ya Kaliwungu, secara geografis terletak di 6° 57' 0" Selatan dan 110° 14' 0" Timur, secara administrasi terletak di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah. Memiliki dataran landai dan juga berbukit, memiliki pantai dan juga hutan. Letaknya yang strategis dilalui jalan Daendels atau yang saat ini lebih dikenal sebagai jalan pantura menjadikan wilayah ini potensial untuk dikembangkan. Selain itu sebagai kecamatan paling timur yang berbatasan dengan Kota Semarang, Kaliwungu dianggap sebagai daerah penyokong ibu kota propinsi Jawa Tenga. Beragam industri besar telah didirikan, ada kayu lapis dan board partikel, industri tekstil, pabrik kaca, perakitan sepeda motor, maupun berbagai industri kecil berbasis UKM seperti kerajinan bordir, industri kerupuk, maupun makanan kecil lainnya. Dalam perkembangannya sesuai dengan Perda No. 5 Th 2006 tentang pembentukan Kec. Kaliwungu Selatan atas pemekaran Kec. Kaliwungu yang dipecah menjadi dua Kecamatan yaitu Kec. Kaliwungu itu sendiri yang meliputi 9 desa, dan Kec. Kaliwungu Selatan yang meliputi 8 desa.

Berbicara tentang Kaliwungu, banyak hal yang selalu terpatri dalam ingatan saya. Tentang makanan; bakso imadora, bakso bola dunia, bakso balungan, sate ayam Bang Jon, sate kambing Pak Isom, sate kambing pasar nanas, sate kambing jalan sekopek, atau yang khas sate kerbau di parkiran masjid kaliwungu. Ada juga soto Pak No di depan gudang Bulog Sumberejo, warung makan Pak Azis, warung makan Pak Untung Kumis, Bubur Kacang Ijo Pak Endut. Tentang toko-toko; masih ingatkah pada deretan kios di sepanjang jalan masuk kampung Pungkuran?yang masih jelas saya ingat adalah toko buku Soraya, toko buku dan kitab Sahabat, toko buku dan kitab Al Hidayah dan juga toko perlengkapan layang-layang dan menjahit Barokah, dll. Ada lagi toko kain yang berderet-deret, sayang saya hanya masih bisa mengingat nama Isna (bukan promosi, maaf yang lain saya lupa), toko fotokopi sampurna yang seiring jaman kemudian beralih menjadi toko kain, toko Sidodadi, atau bahkan toko kelontong disamping Masjid Kaliwungu yang bukanya hanya mulai sore hingga pagi.

Kaliwungu memang identik dengan kota santri, ada puluhan pondok pesantren, dari yang kecil hingga yang besar. Denyut pusat kota yang tidak pernah padam oleh aktivitas para santri yang berasal dari berbagai penjuru wilayah di Indonesia. Kalau kata orang, "orang kaliwungu itu bersarung.." ya memang benar, secara pribadi di rumah saya lebih bangga dan cocok memakai sarung dari pada celana pendek atau bahkan celana panjang.

Kenangan-kenangan itu yang memunculkan ide saya untuk membuat page KALIWUNGU KOTA SANTRI di Facebook ini, tepatnya tanggal 21 April 2009 sehari setelah saya kembali dari Kaliwungu ke Bangkok. Tentang siapa saya rasanya tidak begitu perlu saya ungkapkan secara detail di page ini, nama saya Muhammad Ery Wijaya, menghabiskan masa kecil hingga remaja di Kaliwungu kemudian merantau ke tempat dimana saya berharap bisa mendapatkan pengalaman hidup. Silahkan add FB saya untuk saling menjalin rasa silaturrahmi.

Saya berharap page ini bisa menjadi ajang silaturrahmi diantara kita semua warga Kaliwungu ataupun yang merasakan kehangatannya. Saya berharap page ini bisa kita hidupkan bersama-sama, karena sejatinya ini bukan sebagai page pribadi. Bagi anda yang tertarik menjadi admin page ini silahkan hubungi email saya di ery_wijaya@mail.ugm.ac.id.

Salam hangat,

sumber : Cah Kaliwungu